KATA PENGANTAR
Dalam islam, konsep manusia amat berbeda dengan konsep manusia yang berkembang dalam masyarakat yang dipengaruhi oleh ilmu pengetahuan dan falsafah barat. Akhir-akhir ini konsep tersebut sudah banyak bercorak sekuler. Kalau dimasyarakat yang tidak beragama, manusia hanya tersusun dari unsur jasmani; sebaliknya, kalau dimasyarakat Bergama, jasmani yaitu tubuh dan unsure rohani yaitu jiwa. Jiwa dikenal mempunyai satu daya, yaitu daya berfikir yang disebut akal. Ini beda sekali dengan konsep manusia dalam islam.
Memang, didalam konsep islam manusia tersusun dari unsure jasmani dan unsure rohani. Akan tetapi al-nafs, yang merupakan unsure rohani, tidak mempunyai hanya satu, malahan dua daya, daya berfikir, yang disebut akal yang berpusat dikepala dan daya merasa, yang disebut alqlb yakni kalbu yang berpusat di dada.
Kalau akal adalah alat untuk berpikir secara rasional, maka kalbu adalah alat untuk merasakan hal-hal yang bersifat jasmani. Keduanya adalah alat untuk mengetahui. Akal memperoleh pengetahuan melalui pengamatan dan penelitian indra terhadap objek-objek yang bersifat materi untuk akhirnya sampai kepada kesimpulan yang bersifat abstrak., kesimpulan itulah yang disebut pengetahuan akal. Kalbu tidak ada kaitannya dengan pancra indra. Kalbu langsung memperoleh pengetahuan dari sumber pertamanya yaitu Allah swt.
Jadi dalam epitemologi islam ada tiga jalan untuk memperoleh pengetahuan: pancaindra, akal, dan kalbu. Padamulanya al Ghazali hanya memakai pancaindra dan akal, tetapi pengalaman mengatakan kepadanya bahw pengetahuan yang diperoleh melalui dua jalur itu tidak dapat diyakini kebenarannya. Panca indra kadang berdusta.
Thoriqot qodiriyyah naksabandiyyah adalah salah satu tarekat yang sudah lama berkembang dalam masyarakat dengan pondok pesantren suryalaya sebagai pusatnya, juga untuk menegaskan bahwa tasawuf dan tarekat bukanlah berasal dari luar islam, sebagaimana disebut-sebut, tetapi lahir dalam islam sendiri atas anjuran alquran, sunah Nabi Muhammad saw. Dan sunah para sahabat dekat beliau. Dengan demikian, tidak bertentangan bahkan sejalan dengan alqur‟an dan hadist.
Penyusun melihat kesempatan ini dipakai, dan alhamdulilah sudah banyak dari dalam maupun dari luar negri ikhwan dan akhwat TQN. Sebelum penyusun masuk TQN, saya belum merasakan bagaimana ajaran islam secara sempurna atau totalitas tesebut, karna yang saya rasakan dari rasa sebelumnya yaitu dengan Jaulah (keliling) dijalan Allah swt. Semata mata untuk memperoleh hidayah khususnya bagi diri sendiri umumnya bagi makhluk lainnya. Seleng beberapa bulan saya masuk keperguruan tinggi di IAILM Latifah Mubarokiyah, dari sana saya berfikir untuk mempelajari tarekhat, dan masya Allah ternyata saya tidak bisa mengungkapkan kebahagiaan di ketenangan yang sebelumnya belum pernah saya rasakan sama sekali. Terima kasih Abah yang sudah menalqin saya, mudah-mudahan saya termasuk ikhwan TQN yang diridhoi Allah Swt. Amiin.
Dari situlah saya berkeinginan untuk membuat makalah berjudulkan “Mempelajari, mengamalkan awal dan akhir dari sebuah kehidupan”. karena menurut saya semakin kita banyak membaca semakin banyak pula ilmu yang belum saya tahu.
Buku ini disusun dalam waktu yang lumayan lama dan baru pertama kali saya membuat buku/makalah ini yang saya susun dari beberapa kitab yang sudah terjemahan dalam bahasa Indonesia, jelaslah bahwa didalamnya terdapat kekurangan kekurangan. Kritik-kritik yang akan membawa kepada perbaikan amat diharapkan dari para pembaca yang budiman.
Wa billahi al tawfiq wa al –hidayah.
Sedaleuwih………….2011
Wasslam,
Penyusun
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
"Kesalahan adalah pengalaman hidup, belajarlah darinya. Jangan mencoba tuk menjadi sempurna. Cobalah belajar bijaksana bagi sesama"