Kamis, 23 Februari 2012

IlaaHii anta maqshuudii waridhooka mathluubii a’thinii mahabbataka wama’rifataka



SAMBUTAN
SESEPUH PONDOK PESANTREN  SURYALAYA
بِِسْمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ
Tasawuf bukan saja barang asli bagi islam, tetapi lebih Berjaya mengembalikan umat islam kepada keaslian agamanya dalam beberapa kurun tertentu.
Tasawuf berpangkal pada pribadi Nabi Muhammadsaw. Gaya hidupnya sederhana, penuh kesungguhan. Akhlak rasul tidak dapat dipisahkan seta diceraikan dari cahaya Alqur’an. Akhlak rasul itulah titik bertolak dan garis perhentian cita-cita tasawuf islam itu.
Pancaroba agama biasanya terasa jikaapa yang dinamakan “dunia” dating keharibaan orang islam. Masa-masa kejayaan kekuasaan, limpah ruahnya kekayaan, dan kesibukan pengetahuan lebih nyata menggoyahkan teraju kesungguhan beragama dari masa kemasa sebaliknya. Waktu itu agama bukan menghadapi tantangan dari luar, melainkan dari dari dalam tubuh penganut agama itu sendiri.
Dhunun Almirsi, seorang sufi terkemuka, mengatakan bahwa yang disebut tasawuf  ialah pembebasan dari ragu dan putus asa, kemudian tegak diri beserta yakin iman.
Al junaid penghulu sufi Islam, didalam reaksi yang bermacam-macam menegaskan bahwa mungkin yang menjadi tasawuf itu adalah barangsiapa yang mengetahui keseluruhan Al qur’an dan Sunnah Rasulullah saw. Kerena itu yang sebenarnya tasawuf adalah kefanaan diri kedalam kemurnian Alquran dan Sunnah.
 Ciri yang khusus bagi tasawuf ditemukan dalam persoalan qolbi dan dhauqi. Pada umumnya para ahli tasawuf islam sangat mengutamakan latihan-latihan kebersihan dan kesucian hati dan berjaga-jaga tentang penyakit watak hati daripada kebersihan pakaian dan tempat tinggal. Di dalam kepribadatan pada umumnya ahli-ahli tasawuf sangat menekuni nilai-nilai ibadatnya dari berbagai bid’ah dari kekerinagn dhauq (perasaan jiwa keagamaan).
Kesimpulannya, ternyata tasawuf itu dapat memurnikan keseimbangan duniawi dan ukhrawi, yang dalam pelaksanannya tidak serba pincang sebagaimana dinyatakan dalam hadistnya yang berbunyi:
 اَلْعَيْشْ عَيْشُ اْلاآخِرَةِ
Atinya:
Semua kehidupan didunia ini harus menjadi kehidupan diakhirat.”
Uraian oprasional ayat dan hadist di atas dijelaskan oleh penghulu kita  Syekh Abdul Qadir al-Jailani, qadda sallah sirrah sebagai berikut:
“segala kekayaan adalah pelayanmu, sedangkan kamu harus menjadi pelayan (khadam) Allah swt.
 Penyusun buku ini dapat menjadi penyambung lidah, rodiyyAllahu’anhum, rahmat ‘Alaih, dan para sufi. Menyampaikan seruan-seruan suci ditengah-tengah masyarakat islam yang tengah terserang wabah dan ragu dan bimbang. Ragu dan bimbang terhadap hasil iman dan amalnya sendiri. Ragu dan bimbang menghalau orang beragama kesuatu sudut kehidupan, dimana nada-nada putus asa dan kehilangan kepercayaan kepada diri sendiri menjadi nyanyian yang bergelimang air mata.
Semoga buku ini bermanfaat, baik bagi ikhwan Thoriqot Qodiriyyah Naksabandiyyah Pesantren Suryalaya khususnya, maupun bagi kaum muslimin pada umumnya. Semoga pula Allah swt. Meridhoi usaha kita semua. Allahumma Amin!
                                Suryalaya, Safar         1411.
September     1990.

Sesepuh,


K.H. A. Shohibulwafa Tadjul Arifin

1 komentar:

"Kesalahan adalah pengalaman hidup, belajarlah darinya. Jangan mencoba tuk menjadi sempurna. Cobalah belajar bijaksana bagi sesama"

Arti Nama Bayi Alif Al Faeyza Sufyan

Assalamu'alaikum Wr.Wb Arti Nama Bayi Alif Al Faeyza Sufyan Nama yang Anda cari yaitu  Alif Al Faeyza Sufyan  memiliki banyak arti dari ...