Eksibisionis , bagian ke- dua
red # 1
Dua setengah jam menduduki bangku kuliah, saatnya melepas keluh dan kesah , gerbang timur sasaran langkah kaki monis, sembari mengayunkan tanganya melihat arloji kesayanganya, menuju sedan merah ,yang dua bulan terakhir setia menunggunya, ,
Nampaknya awan, sinar, angin bersahabat, rambut lembat, langkah tersekat kilat tidak menghampiri suasana sore itu. Lirikan antara mengisaratkan kekasih hatinya untuk memasuki mobil dan bibirnya mulai bergerak denga isyarat-isyarat larat , semkain merapatkan hasrat ingin mengulangi sentuhan tempo kemarin.
Mobil Antara melaju kencang menju suatu tempat, yang sengaja tidak pernah diinformasikan sebelumnya, meskipun beberapa pertanyaan keluar manis dari bibir monis. diam dan menunjukan tindakan, nampaknya strategi antara hari ini, untuk meraup rasa sayang monis yang kian sinis.
Malam mulai datang, senja sudah pulang, sepanjang perjalanan tampak wanita-wanita jalang yang mulai terpampang, singgah di lesehan samping bandara seleparang sembari melanjtukan petualangan menelusuri klub-klub malam, tersirat lokasi tujuan kencan mereka malam ini. dengan sedikit perbaikan kostum, monis yang mulai hobi modis, lingkungan kelap-kelip tampak dari sorotan upuk mata sang gadis.
Romantisme malam , lampu pijar adalah saksi bisu ” kumpulan eksibisionis” yang kian sadis.
Bersetubuh Baju seadanya, celana ala kadarnya, menyelimuti tubuh indah si monis, nampaknya dia mulai belajar menghargai lingkungan. Jiwa eksibiionis pada remaja terutama seorang wanita tidak bisa dipungkir akan menjelma menjadi sebuah bumerang yang siap menyerang kapan saja, namun bagi peribadi seorang gadis ini, Inilah pelajran yang ia petik dari kisah malam ini. Mskipun hidupnya terbiasa di gurun, namun dengan gampangnya dia berfotosintesa ke daerah pantai.
Tiga bulan menjalin hubungan dengan Antara, psikologis monis mulai merambat ke arah tata busana yang ia kenakan, mulai bangga apabila benda-benda indah pada tubuhnya mulai dinikmati oleh lawan jenisnya. Tanpa ia sadari, ternyata itu adalah hasil pantulan silau, yang mampu meredupkan mata batinya. Malam mulai larut, pengunjung club mulai ramai, disuasana menyongsong pagi kelopak mata pasangan kekasih yang dimabuk cinta mulai mengetuk ingin merapat dalam sebuah hibernasi yang manusiawai. Red,
Dalam kisah yang ke dua ini, penulis akan memaparkan tahap perkembangan manusia, yang mulai jungkir balik dengan definisi ke adaan yang mulai mematikan logika dan membutkan panca indra.
Sirne , jam mungil, pagi ini teramat mengusik dan menghilangkan kenikmatan istirahat ke dua pasangan ini.( monis dan antara) Pukul 09: 50 Wib. memaksa klopak matanya terbuka, membuang jauh rasa, yang nempel dikepala, yang semula terasa terikat batu dan baja. 25 menit dikamar mandi , bayang cermin disebelah kiri, kecantikan pagi ini, makin berseri, langkah kaki menuju alamari, Mulai dengan memilih warna baju,celana , ukuran. Nampaknya semua warna cocok sekali dengan paras manja monis.
Antara: dengan rona wajah yang rada kucel, dengan selimut masih menempel di tubuhnya, Nis, hati-hati dijalan ya ..? dengan nada yang rada samar-samar menegur kekasihnya.
Monis : terdiam ! dan langsung membawa sepatunya keluar dari kamar, sadar bahwa pagi ini antara tidak bisa mengantarnya ke kampus. Tiba disebuah gang kecil, tempat biasa monis menunggu ojek,pagi ini.
Pak. Parmin adalah lelaki yang masih muda, gagah perkasa, namun sayang nasibnya tidak setampan parasnya. Beprofesi sebagai ojek yang setia nongkrong di pertigaan jalan kecil 100 Meter dari rumah monis.
Disebuah ruangan ketika antara masih lelap dalam tidurnya, kekasih hatinya mulai sibuk mencari tumpangan menuju kampus pagi ini. Dengan motor merek grenn keluaran tahun 80-an, tampilan pak parmin sedikit elegan, pagi non, “ ia menyapa monis” . 20 menit ya pak ? sebuah target yang diberikan untuk grenn pak parmin oleh monis dalam perjalananan menuju kampus.
“Visualisasi fisik monis hari ini “
Dandanan agak terkesan pulgar, belahan dada sedikit terpaparkan, bentuk tubuh kelihatan jelas, penuh hiasan badan, minim atribut kain namun kaya jiwa eksibisionis. Semua remaja pasti menginginkan keelokan tubuhnya disanjung semua lelaki, adalah sebuah hal yang lumrah dalam prinsip eksibisionis yang melanda si moni, sebaliknya lelaki juga demikian., Sesekali tak apalah menggunakan gaun minim seperti ini. bukankah Tuhan menyukai yang Indah-indah, tapi apakah termasuk keindahan tubuh saya. “Tanya monis dalam hatinya”.Disela-sela perjalanan, dialog singkat dengan tukang ojek nampkanya memukul telinga sang gadis, Nis, sahut pak parmin .. . sambil melirik kesebelah kanan atas lampu merah yang menunjukan angka 30, iya pak, jawab sang gadis. Kamu mau kekampus atau kehotel, ? Emang kenapa pak ..!!
Owh, gpp … . dandanan kamu membuat saya ingin bertanya ,Wajarlah, bapak berarti masih normal ?, Ya iyalah,, saya kan masih kepala 3 nis,
Emang lelaki kepalanya 3 ya pak ?Dengan muka rada-rada OON, pak. Parmin mulai menalar perkataan monis …!!
Suara kelakson mobil dibelakang santer terdengar, belum sempat menjawab, perjalanan sudah dilanjutkan kembali. Suasana perkuliahan masih sama seperti hari kemarin, rasa bosen masih menghampiri, langkah kaki mulai memasuki gerbang kampus, Susana masih seperti taun 80-an, dari kejauhan Nampak beberapa orang yang menunggu perkuliahan selanjutnya, dan banyak yang sibuk dengan urusannya masing-masing.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
"Kesalahan adalah pengalaman hidup, belajarlah darinya. Jangan mencoba tuk menjadi sempurna. Cobalah belajar bijaksana bagi sesama"