Filsafat Cinta & Renungan Asmara
By,
pydie
Gerimis bulan ini menepis semua desis manis sang putri cinta, ” monis”, yah, itulah kesaharianya dipanggil, nama yang sesuai denga dialektis termat manis yang keluar dari bibir tipis sang gadis.
Usia belia kian menampampakan raut – raut kepekaan ,ketertarikan akan hidup yang kian semerawut. Sudah enggan mata tersayat kenikamtaan sesaat, sorotan matanya mulai terbata-bata dalam mengartikan arti cinta, apakah anda pernah jatuh cinta , begitulah yang ia rasakan, sosok tokoh dalam novel yang kian kelam akan petualang cinta dimasa belia. “ monis “ gadis manis keturunan prancis.
Kehidupan sang dara cantik cukup unik, inilah yang menginspirasi seorang penulis yang baru pertama kali mencoba terjun dalam dunia per novelan, dengan niat sederhana menyalurkan hobi.
Memasuki tahun 2011, bulan September genap lah sudah 18 tahun usia sang gadis, baru melewati masa-masa indah di Masa SMA, dan kini sudah duduk manis dibangku kuliah, yah..anak kuliahan nich …. !! minggu pertama dalam rona kehidupan yang baru, nampaknya membawa banyak perubahan dalam diri sang gadis, perubahan yang wajar bagi remaja seumurannya. Rutinitas, aktifitas, fleksibilitas terkadang membuat hidupnya menjadi sosok remaja yang tumbuh dalam sebuah kecendrungan indigonitas” anak indigo”
Dalam kisah fiksi ini, ia menceritakan kehidpanya dengan seorang peria, yang pada akhirnya menjadi kekasih hatinya.
Bulan November , bulan puber , ke sekian kalinya dalam petualangan terutama tentang cinta yang kian rentan akan kenistaan. Dipenghujung senja , langkah kaki mulai menapaki bibir beruduri, menghilangkan rona indah dalam jengkal demi hasta ,sang nirwana cinta. Libido asamara memaksa ia menjalin cinta dengan seorang lelaki, sebut saja namnya “ Antara” lelaki separuh baya, mapan akan harta keturunan sunda transisi belanda.
Lelaki yang mampu memenuhi kebutuhan hidupnya, dan keyakinan setiap wanita sangat mendambakan sosok lelaki seperti ini. Lumayan kaya, meskipun aura cinta belum tampak jelas dan teriris di senyum si “monis “
Kebersamaan mereka kian erat, hari demi minggu terasa sejengkal dalam perjalanan kisah mereka, rasa jenuh belum sempat menghampiri meskipun rentan usia begitu jauh, Kehangatan itu kian merajut, menyusut, dan mengkerut dalam sebuah ruangan kecil, dimalam itu, saksi nyala Tv yang sudah membisu, nyala lilin, tiupan korden jendela, serta rinai hujan dimalam ini, , tak ku sanggup menuturkan kisah demi kisah yang begitu cepat, ough..kuasa Nafsu begitu meraja disela-sela dedaunan rindang melebab sayau merdu kuncup merindu bulan ke sepuluh tahun ini.
Tanggal 8 bulan ini, mengawali kisah, resah, keluh nan kesah, semu terhempas ,memeras nafas, terjungkil menggigil bak Cleopatra sang dewi sinta, menaklukan angkara murka di masa remaja yang buta dalam pandangan sang khiang di kahyangan. Sentuhan manja, dawaian asmara, buwaian hela, tak jarang mengejutkan dan merubah pandang diatas ranjang.
“Antara : apa yang engkau rasakan sayang. …
Monis : aku hanya bisa merasakan, memori-memori indah hingga kini, yang menunjang kecantikan, yang kamu manjakan selama perjalanan ,hanya terasa sekarang, bahkan 10 atau 20 tahun lagi, entah rasa ini masih ada atau musnah, aku hanya bisa menikmati, kebebasan financial yang aku dambakan .red “ dalam hati sang gadis “ si monis” berdesah sesak, tumpukan rasa sesal.
Antara : kenapa bibir mu, tak mampu berucap dengan kata-kata ku tadi ?
Monis : bagaimana aku bisa berucap, “ apakah kamu tidak memperhatikan mulutku, mulai tertutup, lidahku terasa asin,
Antara : air mata, mu, tidak selamnya menjadikan tanda,
Monis : tanda apa maksud mu ka ?,sambil telapak tangan kirinya sesekali mengusap tetesan demi deraian air matanya. “ ucapanya mulai, terbata-bata .” sadar akan mahkota cinta yang hilang dalam renggutan harta cinta, jauh dari rasa cinta.
Suara telfon santer terdengar, dan memutuskan Dialog mereka malam itu. Dari kejauhan tampak jelas, black bary Gemini, milik monis meraung minta diangkat, nampaknya ada panggilan masuk.
Seketika monis berbaring dan melepaskan selimut putih, dan menyingkirkan dekapan antara ,
“ bunda “ , incoming call “.
Monis : iya bun..
Bun : nis,,ibu mau bilang satu hal sama kamu.
Monis : apa bu >>
Bun : ibu mau menimang cucu, cepet-cepet lulus ya nak, (ucapan sang bunda merubah suasana raut monis waktu itu)
Monis : merasa lega, dan pikiran akan keperwanan sudah mulai tersingkir dari pikir nya.
“cinta tidak tumbuh sekarang, mungkin nafsu akan bisa menumbuhkan cinta “ dialog dirinya dengan hati dan proses yang ia alami hari ini.
***************
Pagi mulai menyongsong , terlihat dilorong-lorong jendela rumah antara, penjaja kaki lima mulai mencari nafkah dalam barokah hidupnya. Monis yang lugu, gadis manis blasteran perancis “Seigneur, ne me laisse pas pleurer, vie vraiment méprisables que leurs . ( google translet aja ).
Keluhan hati keluar lagi, sebagai sauatu biografi sang gadis yang memang dibesarkan dalam keluarga keturunan filsuf, nenek, dan kakenya diperancis, jadi kesaharianya banyak menggunakan pikiran, pertanyaan ,ketimbang membuktikan secara hati dalam sebuah keyakinan, itulah sisi kejiwaan si monis .
Senin, 1 november, pukul 08 : 25 WIB, Langkah kaki monis mulai menjadi saksi rutinitas keseharianya, berprofesi sebagai mahasisiwa di Perguruan tinggi swasta di Mataram (NTB). Dengan baju dalam merah dirompi hem kerah berwarna putih lorek-lorek , celana jeans kantong kecil , sepatu merah , sangat klop sekali dengan muka yang blasteran , semua mata akan betah melirik kecantikanya, hanya kedipan yang belum mampu terpancar dari laki-laki yang asik duduk digerbang kampusnya pagi itu.
Laki-laki yang lumayan dewasa dan cukup berumur, dia adalah « pak Udin » dosen filsafat, sekaligus ketua jurusan dikampus si monis.
Monis : aslamualikum pak,, ?
Udin : selamat pagi juga nis, sesekali tampak tangan kanan pak Udin keluar masuk saku celana kananya
Monis : « dasar dosen aneh, di sapa pake salam islam dijawab salam universal .
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
"Kesalahan adalah pengalaman hidup, belajarlah darinya. Jangan mencoba tuk menjadi sempurna. Cobalah belajar bijaksana bagi sesama"