Senin, 25 Juni 2012

Uraian Tentang Sikap Dasar Tahap Kedua Unsur Pinter Tatag Waras


A. Uraian Tentang Sikap Dasar Tahap Kedua Unsur Pinter Tatag Waras

1. Mengembangkan dan Mengelola Unsur Pinter
Pinter atau pintar memiliki banyak arti bisa berarti pandai, cakap, banyak akal, dan mahir mengerjakan atau melakukan sesuatu. Dalam bahasa jawa pin_ter berarti pikirane_terampil atau terampil dalam berfikir.
Saat seseorang seharusnya tanggap akan sesuatu hal yang seharusnya ditanggapi sebab ada kelemahan dalam dirinya, maka hilanglah sebuah peluang yang sangat menguntungkan bagi dirinya. Hal ini terjadi karena beberapa faktor yang belum dimiliki oleh seseorang salah satunya kurangnya kepinteran yang merupakan salah satu bekal untuk meningkatkan sensifitas sifat tanggap. Karena itulah seseorang harus Pinter yaitu dengan cara meningkatkan pengetahuan yang dimiliki sebagai modal dalam berperilaku Tanggap, Tangguh, dan Tanggon.
Pinter adalah penguasaan seseorang atas satu disiplin ilmu yang dipelajari sehingga terbentuk keterampilan berfikir yang cekatan dan trengginas dalam menyelesaikan soal yang berkaitan dengan ilmu yang dipelajari. Pinter bisa didapatkan dengan cara rajin, tekun, dan ulet dalam belajar serta dilakukan dalam bentuk saling asah (bersinggungan) dan saling asuh (memberi informasi dan menerima informasi) dengan sesama, dengan alam sekitar, dan melalui kejadian – kejadian yang dialami.
Namun yang lebih utama adalah kemampuan menguasai dan mengendalikan diri yang didasari atas keilmuan yang dikuasainya artinya ada singkronisasi antara ilmu yang dipelajari dengan keadaan yang sebenarnya. Karena ini amat terkait dengan kemampuan menanggapi setiap hal atau persoalan yang menjadi tanggung jawabnya. Dengan demikian tidak pernah terlewatkan begitu saja sesuatu yang menjadi tanggung jawabnya.
Untuk dapat memiliki konsep diri yang positif, pola pikir yang baik, dan kerangka pikir yang terstruktur dengan baik, faktor pertama haruslah menjadi pinter terlebih dahulu. Yaitu mampu menguasai berbagai disiplin keilmuan yang dibutuhkan dalam rangka membangun dan mengembangkan Sumber Daya yang dimiliki secara maksimal. Yang dimaksudkan seseorang harus pinter disini adalah kemampuan di dalam memahami inti dari sebuah disiplin ilmu yang dipelajari atau kemampuan menemukan setiap inti dari setiap persoalan yang dihadapi sehingga benar – benar singkron dengan kebutuhan yang sebenarnya. Misalnya seperti inti dari mempelajari ilmu matematika untuk apa dan dimana inti sebenarnya matematika, atau inti dari mempelajari ilmu sejarah untuk apa dan inti persoalan dari ilmu sejarah itu mana, dan seterusnya.
Kemampuan menyerap inti dari setiap apa yang dipelajari akan memudahkan bagi yang mempelajarinya mewujudkannya dalam bentuk perubahan perilaku setelah menguasai suatu disiplin ilmu. Untuk dapat memiliki unsur pinter hanya dapat dilakukan dengan kedisiplinan belajar sampai menemukan inti permasalahan dari suatu disiplin ilmu. Pemahaman terhadap inti permasalahan pada bagian – bagian dari disiplin ilmu akan memudahkan dalam penguasaan atas disiplin ilmu itu sendiri.
Dan penilaian atas kepemilikan unsur pinter pada seseorang hanya dapat dilakukan oleh orang lain yang telah lebih dahulu menguasai persoalan atau disiplin ilmu yang dipelajarinya. Maksudnya bahwa penilaian itu atas dasar penilaian yang diberikan pihak diluar dirinya atau orang lain, jadi pinter bukan sekedar anggapan seseorang yang didasarkan pada persepsinya sendiri. Menilai, membenarkan, dan pengakuan diri yang didasarkan atas persepsinya sendiri tidak lebih dari perilaku dan watak syetan / binatang buas.
Faktanya binatang tidak pernah punya rasa bersalah atas segala tindakan yang dia lakukan dan tak perlu meminta persetujuan pihak lain dalam menentukan tindakan yang dia lakukan. Karena binatang sudah dikodratkan kukuh dengan caranya sendiri dan benarnya sendiri, sedang manusia diberi bekal sebuah akal, budi, dan fikir serta kelebihan lain yang tidak diberikan pada binatang, dan makhluk lainnya. Bila hal ini dilakukan, yaitu penilaian atas sebuah kemampuan berdasar persepsinya sendiri, maka yang terjadi adalah kekacauan dimensi kemanusiaan. Dan orang yang demikian sama artinya menawarkan dirinya menjadi golongan iblis (syaiton).

2. Mengembangkan dan Mengelola Unsur Tatag
Tatag arti menurut bahasa adalah : tidak memiliki rasa “sumelang” atau was-was. Orang seperti ini akan selalu “siap” melaksanakan tugas. Menurut bahasa jawa ta_ta_g adalah tatas_tandang_gawene yang jika diartikan mrantasi atau bisa mengatasi apa yang menjadi pekerjaanya atau tugasnya.
Banyak peluang hilang begitu saja gara – gara ketakutan yang tidak beralasan atau takut bertindak dengan mengungkapkan berbagai alasan untuk membenarkan sikapnya. Ketakutan terhadap resiko yang belum tentu benarnya kalaupun ada tidak sebesar yang ditakutkan menjadi penyebab keberhasilan dan kesuksesan terasa jauh dari genggaman. Untuk membangkitkan keberanian bertindak mewujudkan ide / cita – cita haruslah membuang jauh – jauh takut pada bayang – bayang, sifat was – was, dan sifat sakwasangka, keraguan tanpa dasar.
Tatag adalah satu bentuk tindakan seseorang yang tidak mengenal rasa waswas, ragu –ragu, dan khawatir karena terbentuknya satu keyakinan dan kebulatan tekat di dalam merealisasikan ide, keinginan, dan tujuan. Dan ketatagan terbentuk dan terbangun dari penguasaan persoalan yang dihadapi kemudian memahaminya dengan baik dan benar juga memiliki pengalaman terhadap persoalan yang sama atau hampir sama serta selanjutnya memiliki keberanian untuk bertindak.
Maka tanamkan dalam diri dalam – dalam, salah satu unsur yang tak terpisahkan dari unsur Pinter yaitu sikap Tatag. Karena seandaianya seseorang tidak diberi unsur ketatagan mungkin sampai kapanpun tidak bisa berjalan, tidak bisa ngomong, dan tidak mampu memiliki keterampilan yang bisa diandalkannya.
Unsur tatag juga memiliki makna sebagai berikut yaitu merupakan unsur pendorong pada seseorang untuk berani (bernyali) bertindak merealisasikan ide – ide, angan – angan, dan kepintaran yang dimilikinya dalam bentuk tindakan nyata. Karena tanpa itu semua maka keinginan tinggalah keinginan, ide sehebat apapun hanya akan berhenti diangan – angan, dan program atau rencana yang disiapkan matang – matang tak berarti apa – apa. Maka tunjukkan keberanian untuk mengungkapkan apa yang menjadi keinginan, dan kebutuhan secara terbuka, tanpa rasa waswas dan takut.
Bukti seseorang dikatakan Pinter karena adanya bentuk keberhasilan dalam tindakan nyata yang dilakukannya. Nilai suatu kepintaran akan dapat dimanfaatkan jika ada keberanian mewujudkan angan – angannya, rancanganya, dan gagasan – gagasannya yang dimiliki dalam bentuk tindakan – tindakan nyata.
Jadi sehebat apapun pinter seseorang tidak akan ada gunanya sama sekali jika hanya berhenti di angan – angan, di rancangan, dan diteori – teori saja. Hanya keberanian melakukan tindakan yang akan menentukan berguna dan tidaknya kepintaran dan kelebihan yang dimiliki seseorang. Tidak ada ketatagan tidak akan ada kemajuan, tidak ada ketatagan yang ada hanya kemunduran dan kehancuran. Sebagaimana idiologi yang ada di PSM yaitu Trilogi PSM Ilmu, Amal, dan Taqwa “ amalkan ilmu hingga kau benar – benar mampu membuktikan”
Penyakit orang sehingga tidak memiliki ketatagan antara lain :
1. Isinan (malu yang tidak pada tempatnya)
2. Sungkanan atau ewuh – pakewuh (segan / perasaan gak enak)
3. Doyanan atau geleman (penuh pamprih).
Sikap tatag atau keberanian bertindak dapat dilatih dengan memulai melakukan tindakan – tindakan yang sifatnya sederhana kemudian meningkat secara kontinyu dengan melakukan tindakan yang lebih mengandung tantangan. Hal ini disebabkan faktor selalu takut dengan tantangan (resiko), merupakan pembawaan manusia kebanyakan.
Contoh kasus yang dapat dijadikan latihan untuk melatih ketatagan adalah latihan memasuki lingkungan baru, mengurus urusan yang belum pernah dilakukan sama sekali, menghadapi seseorang yang disegani untuk meyelesaikan urusan dengannya, praktik berinteraksi dengan berbagai model karakter manusia dan golongan yang berbeda faham.

3. Mengembangkan dan Mengelola Unsur Waras
Waras menurut arti bahasa adalah : sembuh jasmani (sehat) dan sehat rohani (mental, ingatan) atau kondisinya normal. Menurut kirata bahasa jawa wa_ras adalah waton_dilaras, maksudnya apapun harus harus dinalar apa dasarnya atau patokannya.
Adapun unsur waras adalah satu sikap yang mendorong seseorang untuk selalu menyadari pentingnya bertindak mengikuti aturan / hukum yang berlaku (baik Agama, Adat – istiadat, maupun peraturan yang ditetapkan berdasar kesepakatan), yakni tidak bertindak hanya demi kepentingannya sendiri atau tidak mengindahkan hak dan kepentingan lain orang. Dalam praktik berorganisasi yaitu bertindak sesuai prosedur dan struktur jobdis yang ditetapkan, serta tidak melanggar hasil kesepakatan.
Unsur inipun secara naluriah sudah ada pada setiap manusia sejak kelahiranya, buktinya ada keinginan untuk mendapatkan sesuatu harus memenuhi persyaratan yang dia tentukan.
Sikap waras dalam pengertian di sini adalah merupakan sikap yang menjadi pelengkap dari unsur pinter dan tatag, sehingga keberanian bertindak (tatag) mewujudkan keahlian (pinter) yang telah dimiliki tidak melenceng dari aturan main dan ketentuan agama, negara, budaya, dan aturan setempat. Menerapkan sikap waras yang dilakukan oleh seseorang pada dasarnya baik itu berupa kebaikan, keuntungan, dan keberhasilan yang didapat kembali pada orang itu sendiri.
Sesuatu hal yang tak dapat dipungkiri adalah pada setiap sesuatu mengandung yang disebut syarat atau persyaratan, coba diperhatikan satu persatu dari apa saja yang pernah kita ketahui, apa kira – kira yang tidak mengandung persyaratan. Seorang yang waras yaitu manusia yang sadar betul bahwa dalam setiap tindakan atau perbuatan yang dilakukan semua mengandung persyaratan yang harus dipenuhi.
Bila ingin dihargai orang maka syaratnya harus mau menghargai orang lain, bila ingin kenyang syaratnya harus makan, bila ingin selamat syaratnya harus mau memilih jalan yang dilewati orang – orang yang telah berhasil selamat sampai tujuan. Begitu juga jika ingin sehat juga ada syaratnya.
Pada kenyataanya pelanggaran terhadap ketentuan yang diberlakukan pasti akan menimbulkan dampak buruk baik bagi diri sendiri atau orang lain. Contohnya pelanggaran yang dilakukan seorang pimpinan dalam hal pembagian kewenangan yang sudah dipercayakan kepada orang lain. Namun selalu dicampuri dengan berbagai dalih yang sebenarnya merupakan wujud dari ketakutan seorang pimpinan pada anak buahnya yang berprestasi (takut disaingi). Maka dampak yang diakibatkan adalah melemahnya loyalitas anak buah, tidak berkembang kreatifitas anak buah, terhambatnya kemajuan komunitas tenaga kerja, menciptakan ketidak harmonisan, dan rusaknya nilai – nilai kemanusiaan.
Contoh lain yang lebih sederhana adalah perilaku dari seseorang yang melanggar ketentuan tentang berperilaku hidup yang sehat akan menimbulkan timbulnya berbagai penyakit. Begitu juga mengatur kehidupan sehari – hari alangkah baiknya kalau bisa dibagi menjadi tiga bagian, tujuannya supaya hidup ini berjalan seimbang. Adapun pembagian tersebut adalah sebagai berikut pertama waktu untuk kerja (belajar), kedua waktu istirahat atau luang untuk bercengkrama dengan orang – orang dekat, dan ketiga waktu untuk beribadah yang diisi dengan berbagai kegiatan yang terkait dengan evaluasi dan tindakan untuk peningkatan kualitas spiritualitas.
Waktu ibadah inilah bisa dimanfaatkan sebesar – besarnya untuk meningkatkan mental spiritual, meningkatkan kekuatan pribadi dalam hal berakhlakul karimah, dan melakukan evaluasi diri.
Sekarang seandainya dilanggar pada salah satu bagian dari waktu tersebut yaitu dengan bermalas – malasan pada waktu jam kerja pasti dampaknya sudah menghadang di depan mata yaitu pekerjaan akan semakin menumpuk, tidak ada peningkatan kualitas diri, kehilangan peluang menggali potensi diri, tidak akan menemukan hal – hal baru yang muncul saat melakukan pekerjaan, dan akan menjadi bom waktu yang bardampak buruk yang akan meledak sewaktu – waktu, yang mungkin tidak sanggup diatasi.

4. Wujud Nyata Aplikasi Dari Pinter Tatag dan Waras
Yang dimaksud dengan aplikasi nyata dari pelaksanaan perilaku Pinter, Tatag, dan Waras adalah perbuatan yang dilakukan dalam menyelesaikan satu pekerjaan yang telah menjadi kewajibannya dilaksanakan dengan bekal kepintaran atau pengetahuan yang mumpuni kemudian tak segan / Tatag (tidak ewuh pakewuh) untuk berinovasi namun tetap disiplin dan mematuhi persyaratan yang sudah disepakati.
Kejadian nyata yang dapat diambil dari penerapan unsur pinter, tatag, dan waras adalah praktik pelaksanaan kegiatan yang dilakukan oleh pengurus sebuah organisasi dalam bentuk organisasi apapun, di mana dalam pelaksanaan suatu organisasi sama – sama memerlukan standar aturan main yang jelas, baik dalam pembagian wilayah kerja dan kewenangan menurut struktur kepengurusan. Budi sebagai ketua IWP memiliki agenda program kerja hasil gagasan dia setelah dilantik sebagai ketua, kemudian dituangkan dalam bentuk program kerja organisasi.
Sebelum gagasan – gagasannya dituangkan menjadi program kerja organisasi, sebelumnya mengajak berdialog dengan berbagai pihak yang terkait dengan semua kegiatan organisasi. Terutama Budi berkonsultasi dengan para pembina Organisasi IWP yang dia pimpin, setelah mendapat masukan dan persetujuan dari para pembina barulah Budi mengajak Pengurus Inti untuk diajak membicarakan gagasan – gagasanya. Budi mampu mengajak semua anggota pengurus aktive terlibat dengan munculnya gagasan dan ide – ide baru. Setelah melalui pertemuan yang sudah diagendakan akhirnya disepakati secara aklamasi (mufakat) bahwa gagasan – gagasan tersebut dapat dan disetujui menjadi program kerja organisasi.
Sebelum benar – benar di aktualisasikan dalam kegiatan nyata Budi melakukan sosialisasi kepada seluruh anggota arganisasi IWP yang dipimpinya, barulah satu persatu program yang telah disepakati tersebut diwujudkan dalam kegiatan nyata. Dan disepakati pula mengenai komitmen bersama bahwa pelaksanaan semua kegiatan organisasi hanya yang terdapat pada program kerja organisasi. Dan dari masing – masing anggota pengurus harus menjaga, menghargai, dan melindungi kewenangan yang sudah diberikan. Perubahan atau koreksi terhadap program kerja hanya dapat dilakukan melalui rapat lengkap pengurus. Dan perubahan – perubahan tersebut tidak dapat dilakukan jika adanya perubahan atas dasar kepentingan sepihak atau perseorangan, jadi harus melihat kepentingan yang lebih luas dan lebih urgen.
Itulah contoh pelaksanaan unsur Pinter, Tatag, dan Waras yang diterapkan dalam pelaksanaan sebuah organisasi, kalau itu menyangkut penerapan terhadap tugas atau kewajiban yang bersifat individu akan berbeda dalam hal detailnya namun secara subtansi pada dasarnya sama saja.
Dari contoh tersebut menunjukkan bahwa pinter, tatag, dan waras merupakan satu bentuk rangkaian sikap atau perilaku yang selalu menyertai seseorang disetiap gerak – gerik yang dilakukan dan benar – benar dibuktikannya. Tindakan yang dilandasi sikap pinter, tatag, dan waras akan menghasilkan kualitas super (maksimal) dari semua tindakan yang akan dilakukannya.
Kesimpulannya untuk bisa menanggapi sesuatu dengan cepat, dan trengginas seseorang membutuhkan kepintaran, sedang untuk berani menanggapi sesuatu yang mengandung resiko membutuhkan ketatagan, dan untuk bisa menanggapi sesuatu dengan baik butuh kuwarasan.
Begitupun juga agar saat melakukan satu proses atau penangguhan dapat berjalan memenuhi persyaratan yang seharusnya juga memerlukan unsur kepintaran, ketatagan, dan kuwarasan. Apalagi untuk berhasil pada tahap tanggon seseorang sudah seharusnya memenuhi persyaratan dikatakan sebagai orang yang pinter, tatag, dan waras.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

"Kesalahan adalah pengalaman hidup, belajarlah darinya. Jangan mencoba tuk menjadi sempurna. Cobalah belajar bijaksana bagi sesama"

Arti Nama Bayi Alif Al Faeyza Sufyan

Assalamu'alaikum Wr.Wb Arti Nama Bayi Alif Al Faeyza Sufyan Nama yang Anda cari yaitu  Alif Al Faeyza Sufyan  memiliki banyak arti dari ...