Selasa, 06 November 2012

Metode Iqro


Metode Iqro
Metode iqro adalah metode cepat belajar membaca Al-Qur’an yang dalam waktu relatif singkat dapat dengan
mudah mengantarkan anak, remaja, dan orang dewasa bisa membaca Al-Qur’an. Metode Iqro terdiri atas enam jilid, disusun
secara praktis dan sistematis oleh KH. As’ad Humam, Balai Litbang LPTQ Nasional, Team Tadarus “AMM” Yogyakarta
tahun 1980-an.
Pemilihan metode iqro ini berdasarkan pada pengalaman di kota Depok pada tahun 2008, sebagaimana laporan BAP
Bidang Pendidikan dalam program penuntasan buta aksara latin dan al-Qur’an yang telah sukses melaksanakan program
penuntasan buta aksara tersebut dengan menggunakan metode iqro, terbukti lebih cepat dicerna oleh otak. Di kota Depok
pada tahun 2006 tercatat angka buta aksara Al-Qur’an sebanyak 20.000 jiwa. Ternyata dengan menggunakan metode
iqro, pada tahun 2007 selama 4 bulan masa belajar dengan jumlah pertemuan minimal 3 kali setiap minggu @ 90 menit,
sebanyak 3.250 orang warga belajar yang dapat “melek aksara”.
Ada beberapa sifat metode iqro, yaitu:
a. Bacaan langsung tanpa dieja.
b. CBSA (cara belajar santri aktif), guru hanya penyimak saja, jangan sampai menuntun, hanya cukup memberikan contoh
pokok saja.
c. Privat/klasikal, penyimakan secara seorang demi seorang. Atau bila klasikal, santri dikelompokan berdasarkan
persamaan kemampuan. Guru menerangkan pokok-pokok pelajaran secara klasikal dengan menggunakan peraga, dan
secara acak santri dimohon membaca bahan latihan.
d. Asistensi, santri yang lebih tinggi jilidnya, dapat membantu menyimak santri lain.
e. Praktis, langsung menekankan praktek tanpa mengenalkan istilah-istilah ilmu tajwidnya, jadi langsung diajarkan
bagaimana pengucapannya.
f. Sistematis, disusun secara lengkap dan sempurna serta terencana, dengan komposisi huruf yang seimbang. Dimulai dari
pelajaran yang amat dasar dan sederhana, sedikit demi sedikit, tahap demi tahap akhirnya ke tingkat suatu kalimat yang
bermakna.
g. Variatif, disusun secara berjilid
h. Komunikatif, ungkapan kata rambu-rambu petunjuk akrab dengan pembaca sehingga menyenangkan bagi yang
mempelajarinya. Begitu pun lafal-lafalnya penuh dengan irama sehingga enak didengar dan dirasakan.
i. Fleksibel, bisa dipelajari oleh anak usia TK,SD, SLTP,SLTA, Mahasiswa bahkan orang-orang tua (manula) dan
sebagainya.
j. Buku Iqro dijual bebas di toko-toko, dengan harga yang relatif terjangkau sekitar Rp 5.000 sampai Rp 10.000.
2.3. Metode Qiroati
Metode Qiroati, adalah metode praktis belajar membaca Al-Qur’an yang disusun oleh H. Dachlan Salim Zarkasyi,
Semarang. Diterbitkan pertama kali pada 1 ajuli 1986, terdiri atas 6 jilid, dengan sistem pengajaran sebagai berikut:
a. Guru menjelaskan pokok pelajaran, dilanjutkan memberikan contoh membaca sekedar satu atau dua baris, tanpa diurai.
Dibaca langsung.
b. Tidak dibenarkan menuntun. Siswa harus mampu baca sendiri sejak jilid satu sampai membaca Al-Qur’an.
c. Pelajaran dalam kotak baris paling bawah (huruf Hijaiyah) dibaca menurut kelompok huruf (alif, ba, ta, tsa).
d. Buku qiroati tidak dijual bebas di toko-toko, hanya untuk kalangan sendiri. Guru-guru lewat tashih dan pembinaan.
Sedang waktu yang 60 menit tiap hari masuk itu digunakan: Durasi (menit) Keterangan a. 05 : Pembukaan (persiapan, salam, do’a dan presensi) b. 15 : Klassikal I (bacaan sholat, etika dan do’a sehari-hari, surat-surat pendek dan ayat pilihan) c. 25 : Privat (proses pembelajaran baca Al-Qur’an dengan buku Iqro’ dan menulis) d. 10 : Klassikal II (hadits/mahfudzot tentang akidah akhlak yang disampaikan dengan BCM) e. 05 : Penutup (do’a, baca ikrar, pesan-pesan dan berinfak) Catatan: Untuk praktek wudlu dan sholat berjamaah dilaksanakan di luar jam pelajaran Dan bila dibuat struktur kurikulum TKA-TPA tiap minggunya, maka akan terlihat sebagai berikut: No Mata Pelajaran Smt I Smt II Jml 1. Pembelajaran Iqro’/tadarus Al-Qur’an secara privat dan menulis 6 6 12 2. Bacaan sholat dan surat-surat pendek 4 4 8 3. Etika dan do’a sehari-hari 3 3 6 4. Ayat-ayat pilihan 2 2 4 5. Hadits/mahfudzot tentang akidah akhlak (BCM) 3 3 6 6. Praktek wudlu, sholat (berjamaah) dan berinfak 5 5 10 Jumlah 23 23 46 Metode Pembelajaran Membaca Al-Qur’an Dari uraian di atas sudah terlihat bahwa pembelajaran membaca Al-Qur’an diberikan di jenjang TKA-TPA dengan sistem privat. Baik TKA maupun TPA, santri dikelompokkan dalam kelas-kelas, setiap kelas antara 15-25 anak, ada seorang wali kelas dan dibantu oleh beberapa orang ustadz/ ustadzah privat. Jumlah ustadz privat tiap kelas disesuaikan dengan jumlah santri dalam kelas tersebut, dengan perbandingan tiap 6 santri diperlukan 1 ustadz/ustadzah. Sebagai panduan (buku pegangan) dalam pembelajaran membaca Al-Qur’an adalah buku Iqro’ yang terdiri dari jilid 1-6. Masing-masing ustadz mengajar para santri secara bergantian satu persatu dengan prinsip CBSA (Cara Belajar Siswa Aktif), maksudnya santrilah yang aktif membaca lembaran-lembaran buku Iqro’ yang telah disusun secara sistematis dan praktis, sedangkan ustadz hanya menerangkan pokok-pokok pelajarannya dan menyimak (memperhatikan) bacaan santri satu persatu. Karena sifatnya yang individual, maka tingkat kemampuan dan hasil yang dicapai oleh masing-masing santri dalam satu kelas tidaklah sama. Cara mengajarkan buku Iqro’ haruslah disesuaikan dengan petunjuk pengajaran yang telah digariskan oleh KH. As’ad Humam sebagai penyusun buku Iqro’. Ada 14 hal penting sebagai “Kunci Sukses Pengajaran Buku Iqro” (As’ad Humam, dkk, 2001: 97-98), yaitu: 1. CBSA (Cara Belajar Siswa Aktif), guru menerangkan pokok bahasan, setelah itu santri aktif membaca sendiri, guru sebagai penyimak saja, jangan sampai menuntun, kecuali hanya memberikan contoh saja. 2. Privat. Penyimakan seorang demi seorang secara bergantian. Bila klasikal (di sekolah formal atau di TPA yang kekurangan guru) menggunakan IQRO’ Klasikal yang dilengkapi dengan alat peraga IQRO’ Klasikal.
3. Asistensi. Santri yang lebih tinggi pelajarannya dapat membantu menyimak santri lain. 4. Mengenai judul-judul, guru langsung memberi contoh bacaannya, jadi tidak perlu banyak penjelasan. Santri tidak dikenalkan istilah fathah, tanwin, sukun dan seterusnya. Yang penting santri betul bacaannya. 5. Komunikatif. Setiap huruf/kata dibaca betul, guru jangan diam saja, tetapi agar memberikan perhatian/sanjungan/penghargaan. Umpamanya dengan kata-kata: Bagus, Betul, Ya, dan sebagainya. 6. Sekali huruf dibaca betul jangan diulang lagi. 7. Bila santri keliru baca huruf, cukup betulkan huuf-huruf yang keliru saja dengan cara: - Isyarah, umpamanya dengan kata-kata “Eee, awas, stop” dan lain sebagainya - Bila dengan isyarah masih tetap keliru, berilah titian ingatan - Bila masih lupa, barulah ditunjukkan bacaan yang sebenarnya - Bila santri keliru baca di tengah/di akhir kalimat, maka betulkanlah yang keliru itu saja, membacanya tidak perlu diulang dari awal kalimat. Nah setelah selesai sehalaman, agar mengulang pada kalimat yang ada kekeliruan tersebut. 1. Bagi santri yang betul-betul menguasai pelajaran dan sekiranya mampu dipacu, maka membacanya boleh diloncat-loncatkan, tidak perlu utuh tiap halaman. 2. Bila santri sering memanjangkan bacaan (yang semestinya pendek) karena mungkin sambil mengingat-ingat huruf di depannya, maka tegurlah dengan “Membacanya putus-putus saja!” dan kalau perlu huruf didepannya ditutup dulu agar tidak berpikir. 3. Santri jangan diajari dengan irama yang berlagu walaupun dengan irama tartil, sebab akan membebani santri yang belum saatnya diajarkan membaca irama tertentu. Sedangkan irama bacaan tartil dalam kaset yang dikeluarkan Team Tadarus “AMM” dimaksud untuk pengajaran MATERI HAFALAN dan ketika sudah bertadarus Al-Qur’an. Jadi tidak untuk pengajaran buku IQRO’. 4. Bila ada santri yang sama tingkat pelajarannya, boleh dengan sistem tadarus, secara bergilir membaca sekitar 2 baris sedang lainnya menyimak. 5. Untuk EBTA sebaiknya ditentukan ditunjuk guru penguji khusus supaya standarnya tetap dan sama. 6. Pengajaan buku IQRO’ (jilid 1 s/d 6) sudah dengan pelajaran tajwid yaitu tajwid praktis, artinya santri akan bisa membaca dengan benar sesuai dengan ilmu tajwid. Sedangkan ilmu tajwid itu sendiri (seperti istilah idghom, ikhfa’, macam-macam mad, sifat-sifat huruf dan sebagainya) diajarkan setelah lancar tadarus Al-Qur’an beberapa juz. 7. Syarat kesuksesan, disamping menguasai/menghayati petunjuk mengajar, mesti saja guru fasih dan tartil mengajarnya. Efektivitas Metode Pembelajaran Iqro’ Telah disebutkan diatas bahwa pembelajaran membaca Al-Qur’an di TKA-TPA “AMM” ini sepenuhnya menggunakan buku Iqro’ lengkap dengan metodologi yang telah digariskan oleh penyusunnya, serta penerapannya dibimbing dan diawasi oleh Pengurus Team Tadarus “AMM”. Pertanyaan berikutnya adalah sejauhmana efektivitasnya? Untuk menjawab pertanyaan ini, diperlukan penelitian untuk mengetahui kecepatan para santri dalam menyelesaikan buku Iqro’ jilid 1 s/d 6 di TKA-TPA “AMM” ini. Jilid 1 adalah merupakan awal seorang santri memulai belajar membaca Al-Qur’an, sedang jilid 6 adalah sebagai tanda seorang santri telah mampu membaca Al-Qur’an. Saat penelitian ini dilakukan, Maret 2009 TKA-TPA “AMM” baru saja melaksanakan pembagian rapor semester gasal tahun pembelajaran 2008-2009. Semester gasal berlangsung selama 6 bulan, yaitu sejak tanggal 15 September 2008 s/d 15 Februari 2009. Pertanyaannya adalah bagaimana kondisi kemampuan para santri dalam membaca Iqro’ setelah mereka belajar selama 1 (satu) semester ini? Jawaban pertanyaan ini tentu harus melihat pada TKA-TPA. Karena TKA-TPA adalah jenjang pertama (jenjang Iqro’).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

"Kesalahan adalah pengalaman hidup, belajarlah darinya. Jangan mencoba tuk menjadi sempurna. Cobalah belajar bijaksana bagi sesama"

Arti Nama Bayi Alif Al Faeyza Sufyan

Assalamu'alaikum Wr.Wb Arti Nama Bayi Alif Al Faeyza Sufyan Nama yang Anda cari yaitu  Alif Al Faeyza Sufyan  memiliki banyak arti dari ...